Gayang memiliki nama ilmiah Inocarpus edulis J. R. Forst termasuk dalam Famili Fabaceae. Sinonim : Inocarpus fagifer (Park) Fosb. Inocarpus fagiferus, mempunyai nama lokal/daerah seperti Otaheite chestnut, Polynesian chestnut, Tahiti chestnut (Inggris), Gayang, Gatet (Jawa), Gayang, Aane, Ajane, Elane, Eiano, Kaene, Laiano, Ain hual (Maluku), Atari sasi dere apate (Wandeamen), Koeker (Biak), Angkaeng, Bosua, Benyek (Sulawesi), Mele, Gugura, Gurama (Maluku Utara).

Penyebaran. Gayang merupakan tanaman yang berasal dari Kepulauan Polynesia dan Malaysia. Tanaman ini terutama banyak ditemukan di Pulau Fiji, Jawa, Tahiti, Sulawesi, Kepulauan Maluku, Wandeamen dan Biak. Di Indonesia, tanaman ini dibudidayakan karena bunganya yang harum dan pertumbuhannya yang indah. Ada juga yang membudidayakannya sebagai pohon penaung di pinggir jalan dan sebagai pohon buah. Inocarpus edulis J. R. Forst termasuk dalam tanaman tropis, biasanya tahan terhadap kelembapan dan kadar garam tinggi, serta tumbuh di lembah yang sangat subur pada ketinggian < 500 m dpl. Gayang dapat hidup di bawah naungan dan terendam air. Tumbuh pada berbagai jenis tanah terutama yang kelembapannya tinggi, dengan rata-rata curah hujan tahunan 1.500 – 4.300 mm/tahun, sangat jarang terdapat pada tanah berkapur atau berkarang. Ditemukan di hutan rawa atau di dekat sungai, sungai dan bahkan air payau. Pohon berukuran sedang sampai besar dengan tinggi mencapai 35 – 40 m. Batang utama silindris, lurus, berlekuk, dan kadang-kadang berpilin tetapi tidak berbuncak, tinggi bebas cabang mencapai 25 – 30 m, diameter setinggi dada ± 80 cm, tidak berbanir atau kadang-kadang berbanir sedang dengan tinggi 100 cm dan lebar 150 cm, permukaan pegagan luar licin, bersisik dan mengelupas kecil-kecil, berwarna cokelat tua atau kehitaman. Tebal takikan batang pegagan 4 – 6 mm, bergetah merah, setelah teroksidasi berubah menjadi hitam, pegagan sebelah dalam lunak sampai keras, berwarna kuning jingga atau kuning cokelat.

Batang Pohon Gayang

Buah Gayang berjenis polong berbentuk ginjal dan tidak pecah dengan kulit buah yang keras. Buah gayam mempunyai 1 biji berbentuk gepeng. Kulit biji keras dengan endosperm putih. Ketika mentah buah berwarna hijau dan menjadi kuning atau kecoklatan ketika masak.

Pemanfaatan. Pohon ini biasa ditanam di pedesaan sebagai peneduh pekarangan dan kuburan. Pohon ini seringkali tumbuh berdekatan dengan kolam atau mata air sehingga diduga memiliki kemampuan menyerap air yang kuat dari sekitarnya. Karena anggapan itu, gayam juga merupakan salah satu tumbuhan penghijauan. Di daerah tertentu di Indonesia, masyarakatnya sangat menggemarinya dan mengkonsumsi biji tanaman ini karena sangat mengenyangkan walaupun agak sulit dicerna. Secara tradisional, mereka mengolah bijinya dengan cara merebus atau membembam (membenamkan) ke dalam abu panas. Bijinya biasa dimakan setelah direbus terlebih dahulu untuk menghilangkan racun saponin yang terkandung di dalamnya. Ada juga yang mengolahnya menjadi produk olahan Kripik Gayang. Bijinya yang tua juga dapat dimakan secara langsung, rasanya seperti buah Kelapa atau Kelapa Sawit.

Selain kandungan karbohidratnya yang tinggi tanaman ini juga memiliki sistem perakaran yang dalam dan padat, serta tajuk yang lebar, sehingga tanaman gayam tahan terhadap perubahan iklim yang terjadi. Biji gayang mengandung karbohidrat antara 75,79-77,70%, sehingga berpotensi sebagai sumber pangan alternatif. Selain karbohidrat, biji gayang juga mengandung 7% lemak, 10% albumin, 2,5% abu (Burkill, 1966), protein 10,54-11,64%, kadar air 4,09-6,53%, lemak 2,26-2,50%, abu 2,95-4,04% dan serat kasar 0,83-1,13% (Setyowati, N, dan A. H. Wawo, 2015).

Kayunya biasa dipakai untuk pembuatan perabotan (furniture) dan kayu bakar. Kulitnya dapat direbus dan air rebusannya digunakan sebagai obat untuk penyakit usus berdarah. Bahan ini banyak digunakan di Rumah Sakit di Ambon karena banyak penderita usus yang disembuhkan dengan bahan ini. Kulitnya juga dapat dipakai sebagai obat infeksi saluran kemih dengan cara diparut dan dicampur dengan santan kelapa atau getah kulit. Daunnya biasa digunakan sebagai makanan ternak dan pembungkus makanan.

Daun gayang berseling, tunggal, dan kaku menyerupai kulit. Bentuknya lonjong, panjang daun 10 – 50 cm, lebar daun 4 – 18 cm, berwarna merah muda ketika muda dan berwarna hijau ketika tua. Bunganya majemuk bulir dengan panjang sekitar 15 cm. Gayang mempunyai bunga kecil dan berbau wangi. Buah Gayang  berjenis polong berbentuk ginjal dan tidak pecah dengan kulit buah yang keras.

 
Budidaya. Gayang dapat diperbanyak dengan menggunakan Benih, stek batang dan coppice (belukar). Buahnya memerlukan waktu sekitar 4 bulan untuk matang dan benih bisa berkecambah dalam waktu 7 hari setelah disemai. Benih dengan cepat berubah dari putih menjadi cokelat kemerahan setelah dikeluarkan dari cangkangnya, dan kehilangan viabilitasnya. Benih kemungkinan terdispersi oleh air, dan bisa mengapung di air laut selama lebih dari satu bulan, namun dengan cepat kehilangan viabilitasnya.
 

Daftar Pustaka

Anonimous, 2018. Inocarpus fagifer. https://en.wikipedia.org/ wiki/Inocarpus_fagifer. Diakses tanggal 12 November 2018.
Anonimous, 2018. Gayam. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Gayam Diakses tanggal 12 November 2018.
Alamendah, 2010. Buah Gayam (Inocarpus fagiferus) Harus Dimasak Dulu. https://alamendah.org/2010/12/21/buah-gayam-inocarpus-fagiferus-harus-dimasak-dulu/. Diakses tanggal 12 November 2018.
Setyowati, N, dan A. H. Wawo, 2015. Mengungkap keberadaan dan potensi gayam (Inocarpus fagifer) sebagai sumber pangan alternatif di Sukabumi, Jawa Barat. PROS SEMNAS MASY BIODIV INDON 1 (1): 71-77, Volume 1,  Nomor 1, Maret 2015. ISSN: 2407-8050. DOI: 10.13057/ psnmbi/m010111.

By Irwanto

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.