A. Latar Belakang

          Bendungan Way Apu yang terletak pada Kabupaten Buru sementara dalam tahap pembangunan dan akan rampung pada tahun 2024. Bendungan yang memiliki kapasitas daya tampung sebesar 50,05 juta m3 ini ditargetkan selesai pada 2024 mendatang. Hingga saat ini progress fisiknya telah mencapai 36,5% Bendungan yang membendung Sungai Way Apu ini dibangun di atas lahan seluas kurang lebih 422,08 hektar, dan merupakan tipe zonal urugan inti tegak dengan tinggi mencapai 72 meter, lebar puncak 12 meter, panjang puncak 490 meter, dan luas daerah genangan mencapai 235,10 hektar.

          Bendungan Way Apu diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat Maluku terutama dalam hal ketersediaan air irigasi seluas 10.000 hektar, tersedianya air baku dengan debit 0,5 m3/detik, kemampuan mereduksi banjir sebesar 557 m3/detik, sebagai pembangkit listrik sebesar 8 mw yang mampu menerangi kurang lebih 8.750 rumah, serta sebagai tempat pariwisata baru yang akan menumbuhkan perekonomian daerah.

          Dalam pembangunan bendungan ini terjadi pembukaan lahan yang perlu direhabilitasi kembali. Penanaman awal dengan memindahkan pohon ukuran 10-25 cm ke tempat terbuka mengalami kegagalan karena kematian pohon-pohon yang dipindahkan ini. Pemilihan jenis pohon dan penanaman kembali memerlukan analisis kesesuaian jenis dan pengetahuan adaptasi jenis pohon terhadap lingkungan baru serta metoda penanaman yang tepat.

Tujuan dari kegiatan ini adalah

  1. Inventarisasi jenis endemik pada areal dan sekitar bendungan Way Apu
  2. Pemilihan jenis yang sesuai dengan karakteristik areal rehabilitasi bendungan Way Apu

B. Permasalahan

          Areal-areal terbuka akibat perubahan lanskap untuk pembangunan bendungan perlu mendapat perhatian khusus yaitu dengan tindakan rehabilitasi. Jika areal-areal terbuka terus dibiarkan maka akan terjadi erosi dan longsoran yang akan menjadi sedimen pada dasar bendungan. Rehabilitasi lahan memerlukan pengetahuan tentang pemilihan jenis-jenis yang sesuai dengan karakteristik tanah dan kelerengan serta fungsi areal tersebut.

          Penanaman awal dengan memindahkan pohon ukuran 10-25 cm ke areal-areal terbuka mengalami kegagalan karena pohon-pohon tersebut tidak siap secara fisiologis maupun ekologis. Pohon-pohon tersebut lambat laun menjadi layu karena kekeringan dan akhirnya mengalami kematian.

C. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan

          Kegiatan survey lapangan dilaksanakan Kamis-Sabtu 11-13 Agustus 2022 pada areal Bendungan Way Apu, Kabupaten Buru. Provinsi Maluku.

          Tahapan pelaksanaan kegiatan pemilihan jenis rehabilitasi adalah sebagai berikut:

  1. Peninjauan dan pengamatan langsung ke lapangan
  2. Inventarisasi jenis endemik di lapangan
  3. Pemantauan jenis yang gagal di lapangan
  4. Analisis dan pembahasan permasalahan
  5. Kesimpulan dan Rekomendasi

Inventarisasi Spesies Endemik/Lokal.

Jenis-jenis yang ditemukan pada areal dan sekitar bendungan Way Apu adalah:

  • Samama (Anthocephalus macrophyllus)
  • Marsegu (Nauclea orientalis L)
  • Kinar (Kleinhovia hospita)
  • Pulai (Alstonia scholaris)
  • Kasuari Gunung/Cemara Gunung (Casuarina junghuhniana)
  • Kayu Putih (Melaleuca cajuput)
  • Eukaliptus (Eucalyptus alba)
  • Meranti (Shorea selanica)
  • Lasa (Castanopsis buruana)
  • Makaranga (Macaranga tanarius)
  • Timon (Timonius timon)
  • Acacia daun lebar (Acacia mangium)
  • Sentigi/Papua (Pemphis acidula)

D. Pembahasan

          Pohon adalah suatu organisme dari komponen ekosistem yang berinteraksi satu dengan yang lainnya, serta mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Karenanya, pohon yang tumbuh di satu tempat, berbeda dengan pohon yang tumbuh di tempat lainnya. Batang pohon yang ukurannya paling besar adalah penghubung utama antara akar dengan tajuk pohon. Beberapa manfaat dari menanam pohon adalah :

  1. Menghasilkan Oksigen
  2. Menyerap Carbon
  3. Menjaga kesuburan tanah
  4. Menyediakan air bersih
  5. Menurunkan pencemaran udara
  6. Meningkatkan nilai properti
  7. Menyehatkan fisik dan mental
  8. Mengendalikan suhu dan kelembaban
  9. Mencegah banjir atau bencana alam lainnya
  10. Menciptakan lapangan kerja
  11. Menyediakan makanan
  12. Habitat binatang liar
  13. dll

          Tindakan utama silvikultur dalam kegiatan rehabilitasi dilanjutkan dengan membantu regenerasi (pemangkasan atau penekanan gulma atau vegetasi yang kompetitif, perlindungan dari kebakaran, tanaman sela), meminimalkan hambatan penyebaran, perkecambahan dan pertumbuhan benih atau mempercepat perbaikan tanah dan penyebaran benih alami (penyiapan habitat, pohon fiksasi nitrogen, inokulasi dengan mikoriza).

          Pendekatan Silvikultur dalam mengembalikan ekosistem daerah yang telah rusak dengan pertimbangan sebagai berikut:

  • Suksesi secara alami: Di ​​daerah dengan gangguan kecil di tempat sisa-sisa serasah vegetasi asli hutan masih ada dan mampu pulih ke hutan.
  • Pengayaan/ membantu regenerasi : Di daerah dengan gangguan sedang dimana pemulihan alami dipastikan, setidaknya sebagian (dalam hal area dan produktivitas).
  • Rehabilitasi Hutan: Di areal pemulihan alami tidak dapat dijamin atau dibutuhkan waktu yang lama.

Pertimbangan pemilihan jenis untuk penanaman dan pengendalian erosi tanah yang miskin adalah sebagai berikut:

  • Bertahan hidup dan pertumbuhan yang baik dalam kondisi keterbatasan air dan unsur hara
  • Kemampuan menghasilkan seresah dalam jumlah besar
  • Sistem akar yang kuat, tersebar luas, dan berserabut
  • Kemudahan pembuatan dan pemeliharaan
  • Kapasitas untuk membentuk tajuk yang padat dan mempertahankan dedaunan
  • Resistensi terhadap hama dan penyakit
  • Kapasitas yang baik untuk perbaikan tanah
  • Penyediaan hasil ekonomi, misalnya dengan penyediaan HHBK

          Namun perlu diingat penanaman pohon juga bisa mengurangi air hasil dari daerah tangkapan. Misalnya, eksperimen di Afrika Selatan menunjukkan  bahwa menanam padang rumput dengan pohon pinus (Pinus patula dan P. radiata) dan eukaliptus (Eucalyptus grandis) dapat mengurangi jumlah air tahunan. Hutan Tanaman bisa membuat persediaan air tanah menjadi lebih rendah dan menjadi konflik akses manusia ke sumber daya air.

Dalam usaha rehabilitasi untuk pengawetan tanah dan air diperlukan jenis-jenis sebagai berikut:

  • Perakaran : jenis pohon dengan perakaran utamanya tumbuh cepat ke dalam tanah dan mempunyai susunan akar permukaan yang berkembang dengan kuat dan intensif.
  • Pertumbuhan : jenis cepat tumbuh dan secepat mungkin menutupi tanah dan mengurangi bahaya erosi.
  • Penguapan : pada daerah curah hujan rendah sebaiknya dipilih jenis dengan penguapan rendah/kecil.

Pemilihan jenis untuk pengayaan perlu memperhatikan :

  • spesies yang sesuai
  • pertumbuhannya cepat,
  • toleransi terhadap kondisi lingkungan yang buruk,
  • dan teratur berbunga dan berbuah

          Pertimbangan pemilihan jenis bila dilihat dari sumber benih ada yang berasal dari luar daerah (eksostis) ataupun jenis-jenis lokal (Endemik). Adapun pertimbangan dari jenis eksotis dan jenis endemik dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Jenis Eksotis

  • Persyaratan lokasi, pembibitan, metode silvikultur sudah diketahui,  sdh program pemuliaan pohon
  • Mudah diperoleh dan relatif lebih murah dalam penyediaan bibit

b. Jenis Endemik

  • Kurangannya pengetahuan yang memadai tentang ekologi dan teknik silvikultur
  • Tidak tersedia bahan reproduksi hutan di tempat pembibitan,.

          Namun untuk jenis-jenis eksotik perlu diperhatikan juga hal-hal sebagai berikut. Dapat mengubah sifat hidrologi tanah. Sebagai contoh di bawah Hutan Tanaman dengan P. radiata di Andes Ekuador, retensi air menurun drastis bersamaan dengan usia tegakan. Tanah di tegakan pinus tertua 39, 55, dan 63% (pada 10, 33 dan 1.500 kPa) lebih kurang air dari pada tanah padang rumput, Karbon organik organik juga menurun, pH yang lebih rendah, konsentrasi kation yang lebih rendah,  menurun N-tingkat mineralisasi, dan biomassa mikroba lebih rendah serta akumulasi serasah meningkat di bawah Eucalyptus globulus dan P. patula di Sierra of South Ekuador.

          Introduksi spesies asing (eksotik) baik yang sengaja diintroduksi maupun tidak sengaja dapat berkembang tidak terkendali. Jenis ini meninggalkan faktor-faktor yang mempengaruhi populasi dan penyebarannya. Pada habitat yang baru mungkin hanya sedikit predator atau penyakit sehingga populasinya berkembang tak terkendali. Spesies asli mungkin tidak mampu berkompetisi terhadap ruang dan makanan dibandingkan dengan spesies asing tersebut.

          Dalam mempercepat proses suksesi dari kondisi kritis lahan terbuka menuju tahapan klimaks diperlukan campur tangan manusia. Campur tangan manusia dalam penanaman lahan terbuka perlu melihat faktor-faktor ekologi agar tindakan yang diambil sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada. Beberapa usaha manusia untuk mempercepat proses suksesi adalah dengan menanam jenis jenis lokal yang sesuai dengan keadaan setempat.

E. Rekomendasi

          Penanaman menggunakan sebagian tanah dari lokasi awal untuk menjamin tersedia mikoriza dan unsur yang diperlukan mengingat topsoil lahan terbuka di areal bendungan sudah tidak tersedia lagi. Mikorisa merupakan jenis jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman untuk membantu penyerapan phospor salah satu unsur makro yang diperlukan tanaman. Pemilihan jenis pohon juga mempertibangkan jenis yang bersimbiosis dengan rhizobium dan frankia yaitu jenis bakteri yang mengikat nitrogen dari udara untuk menyuburkan tanah.

          Selain itu jenis yang direkomendasikan untuk rehabilitasi adalah jenis endemik sehingga potensi keberhasilan hidup lebih besar karena sesuai dengan habitat asli dan tidak mempengaruhi ekosistem asli.  Jenis-jenis yang direkomendasi untuk rehabilitasi lahan terbuka bendungan Way Apu adalah sebagai berikut:

  • Samama (Anthocephalus macrophyllus)
  • Pulai (Alstonia scholaris)
  • Kasuari Gunung/Cemara Gunung (Casuarina junghuhniana)
  • Kayu Putih (Melaleuca cajuput)
  • Eukaliptus (Eucalyptus alba)
  • Meranti (Shorea selanica)
  • Lasa (Captanopsis buruana)
  • Acacia daun lebar (Acacia mangium)
  • Sentigi/Papua (Pemphis acidula)
Gambar. Sentigi/ Kayu Papua (Pemphis acidula) pada lereng
Gambar. Lasa (Castanopsis buruana) dan Akasia Daun Lebar (Acacia mangium)

Jenis yang direkomendasi untuk penanaman kiri kanan jalan adalah :

  • Sentigi/Papua (Pemphis acidula)
  • Kasuari Gunung/Cemara Gunung (Casuarina junghuhniana)
  • Samama (Anthocepalus macrophyllus)
  • Pulai (Alstonia scholaris)
  • Lasa (Castanopsis buruana)
  • Meranti (Shorea selanica)
  • Kayu Putih (Melaleuca cajuput)
  • Acacia daun lebar (Acacia mangium)

          Sentigi/Papua dapat ditanam pada bagian depan sisi jalan sedangkan Acacia daun lebar (Acacia mangium) dapat ditanam pada sisi bagian belakang atau kelerengan karena serbuk sari berpengaruh pada orang yang alergi.

          Pemilihan jenis untuk areal yang direncanakan untuk agrowisata adalah sebagai berikut:

  • Rambutan (Nephelium lappaceum)
  • Kelengkeng (Dimocarpus longan)
  • Jenis-jenis Mangga dari vegetatif (Cangkok)

          Pemindahan anakan hingga tingkat pohon ke areal terbuka harus memperhatikan beberapa faktor yaitu: jenis toleran dan intoleran, sistem perakaran, dan perlu menyiapkan kondisi tanaman dapat beradaptasi di lapangan.  Pembuatan persemaian diperlukan untuk pembuatan bibit tanaman yang berasal dari biji/generatif ataupun secara vegetatif. Anakan yang berasal dari cabutan harus dipelihara terlebih dahulu di persemaian agar tanaman tersebut memiliki perakaran yang baik serta dapat menyesuaikan adaptasi terhadap cahaya atau sinar matahari.

How to Cite

Irwanto, I., Sahupala, A. and Tetelay, F. (2023) “PEMILIHAN JENIS POHON UNTUK KEGIATAN REBOISASI PADA BENDUNGAN WAY APU KABUPATEN BURU”, MAANU: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), pp. 26 – 32. Available at: https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/maanu/article/view/8683

By Irwanto

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.