Kenari dengan nama botani Canarium amboinense Hoch termasuk dalam famili Burseraceae adalah salah satu jenis asli Maluku, menurut Rumphius jenis ini tumbuh secara liar di Maluku dan daerah sebelah timurnya, tetapi di bagian barat jenis ini merupakan jenis yang di bawa masuk untuk dibudidayakan. Nama Daerah. Indonesia (Kenari); Jawa (Kenari); Sunda (Kanari); Florea (Koja); Sangihe (Lehi); Aifuru (Ipai); Leti (Kiere); Wetar (wiaruun); Babar (Ieree); Tanimbar (Iwar); Fordata (uwar); Kei (Uwar); Gorom (Dakae); Seram Barat : Elpaputih (Ifale); Waraka (Ihale); Seram Selatan : Amahai (Jaalo); Nuaulu (Iyane), Sepa (Hiyae); Ambon : Hila (Iyale); Halmahera Selatan : Seben, Halmahera Utara : Galela (Niha), Tobelo (Nyiara).
Penyebaran. Umumnya terdapat di Indonesia tetapi juga terdapat dibeberapa Negara lain seperti Afrika Selatan, Nigeria, Madagaskar, Cina bagian Selatan, India, Filipina dan Bagian Selatan Asia. Di Indonesia terutama terdapat di Maluku, selain itu juga terdapat di pulau Kangean, pulau Bawean, Flores, Timor, Wetar, Tanimbar dan Sulawesi. Tempat tumbuhnya di hutan primer, pada tanah berkapur, tanah berpasir maupun tanah liat, dari dataran rendah hingga ketinggian 1.500 m dpl. Tinggi pohon kenari sampai 45 meter, sedangkan tinggi banir sampai 3 meter dan lebarnya 1,5 meter. Batang pohon tegak dengan warna pepagan kelabu, kayu gubal berwarna putih sedangkan warna kayu teras cokelat tua. Jika kulit diiris akan mengeluarkan getah kenari, seperti damar, mula-mula berwarna putih dan lengket, kemudian seperti lilin berwarna kuning pucat (elemi). Gum elemi memiliki tekstur lunak, berwarna keputih-putihan, berbau aromatik seperti terpentin, dan merupakan hasil eksudasi patologis dari tumbuhan ini.
Sistem perakaran kenari adalah sistem akar tunggang. Pada sistem akar tunggang, baik akar primer maupun satu atau lebih akar lateral yang menggantikan akar primer pada tahap awal perkecambahan, kecambah tubuh lebih cepat dan menjadi lebih besar serta kuat dari pada akar-akar lain, sehingga terbentuk satu atau lebih akar-akar utama.
Daunnya majemuk menyirip gasal dengan 4-5 pasang pinak daun yang menjorong memanjang, dengan permukaan licin dan mengkilap. Daun tidak mempunyai daun penumpu.
Pembungaan berbentuk malai. Berkelamin tunggal, zigomorf, kelopak dan mahkota berbilangan 5, daun kelopak dan daun mahkota berbilangan 5, daun mahkota bebas. Benang sari 8, tersusun dalam 2 lingkaran yang tidak lengkap. Cakram kelihatan jelas. Bakal buah beruang 2-3, tiap ruang dengan 1-2 bakal biji yang apotrop dan epitrop. Berbiji, gepeng, panjang, terdapat 2-3 biji dalam satu buah.
Pemanfaatan. Kayu Kenari mempunyai Berat Jenis 0,55 dan digolongkan dalam kelas kekuatan III dan kelas keawetan IV. Kayu kenari digunakan untuk papan, bahan bangunan, rangka pintu dan jendela, kayu lapis, mebel, lantai dan papan dinding. Pada beberapa tempat seperti di pulau Kagean, kayu kenari digunakan juga untuk pembuatan perahu atau sampan. Bijinya dapat digunakan sebagai bahan makanan dan juga dijadikan minyak, sedangkan lemak dari biji dapat juga dijadikan makanan bayi. Kulit buah atau tempurung kenari dapat dijadikan sebagai souvinir. Getah Kenari dapat digunakan sebagai bahan untuk pembuatan minyak wangi dan obat gosok.
Pohon ini akan mengeluarkan resin apabila pepagannya dipotong atau diiris. Minyak resin ini memiliki bau yang harum, sehingga sering digunakan untuk membuat minyak wangi atau parfum. Selain untuk parfum, juga dapat digunakan untuk obat gosok terhadap gatal-gatal atau obat luka. Minyak resin kenari dapat juga digunakan sebagai pembersih rambut dan pembuatan dupa.
Pohon kenari sering ditanam sebagai tanaman pelindung khususnya untuk pala. Pada beberapa kota di Indonesia Pohon kenari juga dijadikan sebagai tanaman pelindung di tepi jalan seperti di Bogor, Meda, Singaraja dan Mataram.
Budidaya. Kenari dibudidayakan dengan menggunakan bijinya. Biji yang dijadikan benih yang sudah masak ditandai dengan perubahan warna menjadi hitam. Tempurung bijinya keras sehingga sebelum digunakan terlebih dahulu untuk memudahkan masuknya air. Perlakuan ini mempercepat perkecambahan dari 12 minggu menjadi 3 minggu. Benih yang telah diberi perlakuan langsung diletakkan pada polybag yang telah diisi dengan media tanah. Tanaman yang telah mencapai tinggi 0,5 cm dapat dipindahkan ke lapangan untuk ditanam.
Daftar pustaka :
- Heyne, K, 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II (Terjemahan Badan Litbang Kehutanan), Koperasi Karyawan Departemen Kehutanan, Jakarta.
- Jumria, 2011, Pengaruh Perlakuan Awal Terhadap Viabilitas Benih Kenari (Canarium amboinense Hoch), Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, Ambon (Skripsi tidak dipublikasikan).
- Lembaga Biologi Nasional-LIPI, 1980, Jenis-Jenis Kayu Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta
- Mandang, Yance, I; I Ketut Nuridja Pandit, 1997,Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di Lapangan (Seral Manual), Yayasan PROSEA, Bogor
- Mansur Irdika, 2015, Bisnis Dan Budidaya 18 Kayu Komersial , Penebar Swadaya, Jakarta
- Sutamo Hadi, Tahan Uji, Erlin Rahman, Hartutiningsih Siregar, Subadri Abdul Kadir, Suciatmih, Wahyu Widiyono, Lazarus Agus Sukamto, Nuril Hidayati, Djadja Siti Hazar Hoesen, Soedarsono Roswan, Sudibyo, 1997, Pengenalan Pemberdayaan Pohon Hutan, PROSEA Indonesia, Bogor.
- Sutisna Uhaedi, Titi Kalima dan Purnadjaja, 1998, Pedoman Pengenalan Pohon Hutan di Indonesia (Serial Manual), Yayasan PROSEA, Bogor.
Sumber :
Irwanto, A. Tuhumury, A. Sahupala, L. Pelupessy, M. Loiwatu, L. Siahaya, F. Tetelay dan R. Oszaer. 2019. POHON MALUKU. Penyebaran, Pemanfaatan dan Budidaya. Pattimura University Press. Ambon. ISBN: 978-602-5943-11-9. Hal. 25-28.