Salawaku Sengon

Salawaku dengan nama ilmiah Falcataria moluccana termasuk dalam famili Fabaceae  secara umum di Indonesia dikenal dengan nama Sengon merupakan salah satu jenis yang terdapat di Maluku dan termasuk ke dalam jenis yang cepat tumbuh (fast growing species). Salawaku termasuk tanaman yang cepat tumbuh dan dapat dipanen pada umur yang relatif singkat yaitu 5-7 tahun. Nama Daerah. Indonesia : Sengon, Maluku : Kayu Salawaku, Sunda : Jeunjing, Jawa : Sengon Laut, Alifuru : Ambon (Seia), Banda (Sikat), Ternate (Tawa), Tidore (Gosui).

Batang Pohon Salawaku

Penyebaran. Salawaku terdapat di berbagai macam habitat, dari permukaan laut hingga ketinggian tempat 1.600 m dpl atau lebih. Pada hutan primer tetapi terutama di hutan basah sekunder di dataran rendah, juga di hutan pegunungan, atau hutan lumut dan dataran berumput atau di sepanjang tepi jalan dekat laut. Tumbuh pada tanah berpasir atau laterit dengan drainase cukup baik. Pada habitat alami Salawaku tumbuh pada habitat dengan curah hujan 2.000-2.700 mm, kadang hingga 4.000 mm, dengan suhu optimum 22-29 °C. Salawaku yang dibudidayakan dapat tumbuh pada tempat-tempat miskin hara dan dapat bertahan hidup tanpa di pupuk, asal saja drainasenya baik. Pohon dapat mencapai tinggi 40 m. Batang utama lurus, berbentuk silinder, bebas cabang hingga 20 m dan diameternya mencapai 100 cm atau lebih. Tidak berbanir atau dengan banir kecil. Permukaan pepagan putih, abu-abu atau kehijau-hijauan, licin atau agak berbintil-bintil. Pepagan dalam putih kekuning-kuningan, merah jambu atau merah-cokelat, berserat. Kayu gubal berwarna pucat. Tajuk pohon tidak rapat, berbentuk pagoda tidak teratur. Kadang membulat atau melebar. Daun berseling, bersirip ganda, rakis dan sirip dengan nektar. Stipula berbentuk pita atau benang, lekas luruh: anak-anak daun berhadapan banyak.

Daun Salawaku

Bunga di ketiak daun, terdiri atas bulir atau tandan bergagang, bulir-bulir kadang-kadang tersusun dalam malai. Bunga berkelamin dua, berbilangan 5, didukung oleh daun pelindung, kelopak berkatup, gamosepal (berlekatan), berbentuk tabung hingga piala atau lonceng, berwarna agak krem atau kekuning-kuningan. Mahkota Bunga berkatup, gamopetal (berlekatan), berbentuk corong atau lonceng,  berwarna agak krem atau kekuning-kuningan, benang sari banyak , tangkai sari bersatu di bagian pangkal membentuk tabung, kepala sari bersegi empat, kecil sekali, membuka melalui celah memanjang, bakal buah 1, bertangkai pendek atau duduk.  Buah berupa polong pipih, merontal, tidak bersekat, merekah di sepanjang kedua kampuhnya, berbiji banyak. Biji berbentuk setengah lingkaran hingga lonjong, pipih hingga cembung, tanpa salut biji, dengan kulit luar keras, tidak bersayap, tanpa endosperma, keping biji besar.

Pemanfaatan. Kayu salawaku termasuk kelas kuat IV dan kelas awet V. Kayunya banyak digunakan untuk pembuatan peti, batang korek api juga bahan baku untuk pulp. Daunnya dapat digunakan untuk pakan ternak. Tetapi pohon salawaku juga dapat dijadikan pohon penaung. Selain itu salawaku juga merupakan pohon yang dapat memperbaiki kesuburan tanah. Secara tradisional. Di Maluku, pada masa lalu kayu Salawaku biasa digunakan sebagai bahan pembuatan perisai karena sifatnya yang ringan, liat dan sukar ditembus. Penggunaannya sesuai dengan kelas dan kualitas kayu, yaitu untuk bahan bangunan ringan atau untuk keperluan lain yang sifatnya sempurna. Kini kayu Salawaku biasa digunakan untuk pembuatan papan, peti-peti pengemas, vinir, pulp (bubur kayu), papan serat (fiber board), papan partikel (particle board), papan lapis (blockboard), korek api, kelom (alas kaki), peti sabun, perabotan rumah tangga, bahan mainan, bahan pembungkus, korek api, kertas, dll. Salawaku akan menjadi lebih awet dan tahan sesudah dicat dan dikapur atau diberi perlakuan lain yang dianggap perlu.

Salawaku sering ditumpangsarikan dengan tanaman pertanian seperti jagung, ubi kayu dan buah-buahan. Sengon sering pula ditanam di pekarangan untuk persediaan bahan bakar (arang) dan daunnya dimanfaatkan untuk pakan ternak ayam dan kambing. Di Ambon (Maluku), kulit pohon sengon digunakan untuk bahan jaring penyamak, kadang-kadang juga digunakan secara lokal sebagai pengganti sabun. Salawaku juga ditanam sebagai pohon penahan angin dan api dan pohon hias di tepi-tepi jalan seperti di sepanjang jalan tol Bogor-Jakarta. (Krisnawati, H, et al. 2011).

Salawaku Sengon
Falcataria moluccana

Budidaya. Salawaku biasanya diperbanyak dengan cara generatif melalui biji atau benih. Benih yang digunakan harus bermutu baik, sehat , bersih, bebas serangan hama dan penyakit, serta berasal dari tanaman induk yang unggul. Benih dari perusahaan yang telah mendapat rekomendasi atau instansi berwenang biasanya berkualitas terjamin.

Daftar Pustaka:

  • Anonimous, 2002. Jeungjing, atau Sengon Laut. https://id.wikipedia.org/wiki/Jeungjing. Diakses 15 November 2018.
  • Heyne, K, 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II (Terjemahan Badan Litbang Kehutanan), Koperasi Karyawan Departemen Kehutanan, Jakarta.
  • Lembaga Biologi Nasional-LIPI, 1980. Jenis-Jenis Kayu Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta
  • Mandang, Yance, I; I Ketut Nuridja Pandit,  1997,Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di Lapangan (Seral Manual), Yayasan PROSEA, Bogor
  • Mansur Irdika, 2015. Bisnis Dan Budidaya 18 Kayu Komersial , Penebar Swadaya, Jakarta.
  • Krisnawati, H, E. Varis, M.Kallio, M. Kanninen. 2011. Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. CIFOR Jl. CIFOR, Situ Gede Bogor Barat 16115 Indonesia.
  • Sutamo Hadi, Tahan Uji, Erlin Rahman, Hartutiningsih Siregar, Subadri Abdul Kadir, Suciatmih, Wahyu Widiyono, Lazarus Agus Sukamto, Nuril Hidayati, Djadja Siti Hazar Hoesen, Soedarsono Roswan, Sudibyo, 1997. Pengenalan Pemberdayaan Pohon Hutan, PROSEA Indonesia, Bogor.
  • Sutisna Uhaedi, Titi Kalima dan Purnadjaja, 1998. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan di Indonesia (Serial Manual), Yayasan PROSEA, Bogor.

Sumber:

Irwanto,  A. Tuhumury, A. Sahupala, L. Pelupessy, M. Loiwatu, L. Siahaya, F. Tetelay dan R. Oszaer. 2019. POHON MALUKU. Penyebaran, Pemanfaatan dan Budidaya. Pattimura University Press. Ambon. ISBN:  978-602-5943-11-9. Hal. 29-32.

By Irwanto

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.